5 Kendala Umum Yang Dialami Fasilitas Kesehatan dan Cata Menanganinya

Fasilitas kesehatan merupakan salah satu penunjang yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas hidup sumber daya manusia. Seluruh masyarakat di tanah air memiliki hak untuk dapat menggunakan fasilitas ini menurut lingkup UUD 1945 Pasal 34 ayat 3 yang berbunyi, bahwa “negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang baik”. Namun, sayangnya masih banyak kendala yang harus dialami oleh masyarakat dalam menggunakan fasilitas kesehatan di daerah mereka. Kendala tersebut tak boleh dianggap sepele dan harus dipikirkan bagaimana cara menanganinya. Sebab, hal ini juga tak lepas dari misi pembangunan serta pemerataan kesejahteraan masyarakat mulai dari Sabang sampai Merauke.
Menurut beberapa pakar kesehatan, terdapat lima kendala utama yang dialami fasilitas kesehatan saat ini. Apa saja kah kendala tersebut serta bagaimana cara menanganinya?
1. Aksesibilitas dan Konektivitas Negara Kepulauan
Saat ini, memang sudah banyak tersedia rumah sakit, khususnya di kota-kota besar. Namun, bagaimana dengan masyarakat yang bermukim di daerah terpencil atau di luar pulau? Tentu saja mereka akan kesulitan untuk mengakses fasilitas rumah sakit di kota, khususnya yang membutuhkan penanganan dari dokter spesialis rumah sakit.
Coba bayangkan, jika masyarakat dari daerah terpencil harus menempuh perjalanan selama berjam-jam, dan harus menyambung transportasi umum darat bagi masyarakat luar pulau untuk sampai ke rumah sakit. Biaya perjalanan yang mereka keluarkan bisa saja jauh lebih mahal ketimbang biaya pelayanan kesehatan itu sendiri. Maka dari itu, untuk menekan biaya dibutuhkan metode pelayanan kesehatan jarak jauh yang mudah untuk diakses oleh masyarakat pedalaman atau luar pulau, misalnya seperti konsultasi melalui telepon atau peresepan obat secara online.
2. Pelayanan Faskes yang Kurang Optimal Kepada Masyarakat
Menurut perspektif masyarakat umum, kualitas pelayanan fasilitas kesehatan di Indonesia masih relatif rendah dan kurang optimal. Hal ini dapat kita saksikan secara langsung dari panjangnya antrian di beberapa rumah sakit. Banyak pasien yang harus menunggu selama berjam-jam di rumah sakit untuk mendapatkan tindakan pertolongan pertama. Bahkan ada juga yang terpaksa harus menunggu selama beberapa minggu untuk mendapatkan penanganan kesehatan, sebab keterbatasan tenaga medis dan peralatan yang tidak dapat mengakomodir jumlah pasien yang sangat banyak. Hal tersebut tentunya menjadi salah satu faktor mengapa masyarakat enggan untuk menggunakan fasilitas kesehatan yang telah tersedia.
Agar kendala ini dapat ditangani dengan baik, pihak faskes membutuhkan strategi yang jitu dalam menata birokrasi klinik atau rumah sakit. Misalnya, dengan memangkas beberapa alur kerja yang tidak begitu diperlukan dan lebih mengutamakan pelayanan kepada masyarakat.
3. Manajemen Fasilitas Kesehatan yang Kurang Terstruktur
Tak dapat dipungkiri bahwa lambatnya pelayanan fasilitas kesehatan di Indonesia kebanyakan disebabkan oleh kurang terstrukturnya manajemen suatu klinik atau rumah sakit. Sistem administrasi yang terlalu berbelit-belit mempengaruhi laju kerja faskes tersebut, sehingga para pasien yang membutuhkan penanganan secara cepat juga harus ikut terkena imbasnya. Hal ini pula yang menyebabkan masyarakat jadi kurang percaya untuk menggunakan fasilitas kesehatan di beberapa tempat tertentu, sehingga banyak dari mereka yang lebih memilih untuk berobat ke luar negeri daripada harus menggunakan fasilitas kesehatan yang sudah tersedia di negara sendiri.
Agar dapat menarik kembali minat masyarakat dalam menggunakan fasilitas kesehatan terdekat, pelayanan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan. Misalnya, dengan menerapkan digitalisasi pada sistem administrasi pada manajemen sebuah klinik atau rumah sakit. Hal ini tentunya dapat membantu dalam memangkas alur-alur yang tidak diperlukan demi menciptakan sistem kerja faskes yang lebih efisien dan hemat waktu.
4. Kurangnya Penyebaran Informasi yang Edukatif Kepada Masyarakat
Tidak semua masyarakat di Indonesia memiliki waktu luang untuk berkunjung ke rumah sakit dan mencari tahu apa saja informasi yang harus mereka ketahui mengenai fasilitas kesehatan yang tersedia di sekitar mereka. Bahkan, meskipun banyak faskes yang telah mengadakan penyuluhan secara edukatif, namun penyebaran informasinya juga masih saja belum bisa merata.
Padahal, pihak klinik maupun rumah sakit dapat memanfaatkan teknologi pemasaran dan penyebaran informasi secara digital atau yang biasa dikenal dengan istilah digital marketing. Apalagi masyarakat di Indonesia saat ini banyak menghabiskan waktunya dengan berselancar di dunia maya. Penggunaan metode ini tentunya dapat membantu penyebaran informasi secara efisien dan efektif, sehingga dapat membantu meningkatkan konversi kunjungan pasien pada suatu fasilitas kesehatan. Selain itu, digital marketing juga dapat membantu dalam menjaga eksistensi nama suatu instansi kesehatan karena informasinya dapat diakses secara online hanya dengan melalui smartphone.
5. Perkembangan Teknologi yang Tidak Dimaksimalkan
Meskipun pemerintah telah menyuarakan tentang penerapan fasilitas kesehatan secara digital, namun masih banyak juga pihak klinik dan rumah sakit yang belum memaksimalkan hal tersebut. Dapat dilihat dari beberapa instansi kesehatan yang alur pelayanannya masih sangat lambat jika dibandingkan dengan instansi lain yang sudah mulai go-digital. Padahal, menurut Dinas Kominfo pengguna teknologi internet di Indonesia saat ini setiap harinya mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Hampir semua masyarakat di era digital ini menggunakan internet untuk membantu menjalankan aktivitas sehari-hari, misalnya untuk memesan makanan, menggunakan jasa antar-jemput online, melakukan tugas rumah tangga, dan sebagainya.
Itu lah sebabnya, digitalisasi fasilitas kesehatan sangat penting untuk diterapkan dalam pelayanan kesehatan. Selain dapat membantu dalam mempermudah alur pekerjaan dokter dan staff di rumah sakit atau klinik, masyarakat juga dapat merasa terbantu dengan diterapkannya hal tersebut. Misalnya, masyarakat tak perlu lagi harus repot-repot ke rumah sakit hanya untuk mengambil nomor antrian, melakukan konsultasi jarak jauh dengan dokter secara online, memesan obat, pembayaran secara non-tunai, dan sebagainya.
Jika berbagai kendala di atas dapat ditangani dengan baik, maka pihak klinik dan rumah sakit juga dapat turut serta membantu masyarakat dalam mendapatkan hak-haknya pada penggunaan layanan fasilitas kesehatan. Pemanfaatan teknologi melalui sistem digitalisasi memang sangat dibutuhkan, terutama bagi masyarakat yang bermukim di daerah dengan fasilitas kesehatan terbatas.
Penggunaan aplikasi digital dalam suatu fasilitas kesehatan tentunya dapat menjadi solusi yang tepat dalam menangani kendala-kendala yang dialami oleh banyaknya layanan kesehatan saat ini. Selain dapat meringankan beban kerja dokter dan para staff di rumah sakit, hal ini juga dapat lebih mengoptimalkan pelayanan kesehatan. Masyarakat juga akan terbantu dengan adanya kemudahan ini, hanya melalui aplikasi smartphone mereka dapat menerima segala informasi tentang fasilitas kesehatan, melakukan konsultasi jarak jauh, mendapatkan distribusi obat secara merata, serta menekan biaya transportasi kunjungan ke rumah sakit bagi mereka yang bermukim di daerah terpencil atau di luar pulau.