Fasilitas Kesehatan, Garda Terdepan Dunia Kesehatan yang Belum Merata

01 Jul · 15 min read
Fasilitas Kesehatan, Garda Terdepan Dunia Kesehatan yang Belum Merata

Indonesia yang dengan jumlah penduduk kurang lebih 273 juta jiwa memiliki luas wilayah 7,81 juta km persegi, menjadikan negara ini merupakan salah satu negara terpadat di dunia. Negara yang padat penduduk ini tentunya harus didukung dengan fasilitas kesehatan yang baik untuk menunjang kualitas sumber daya manusianya. Akan tetapi, fasilitas kesehatan di Indonesia saat ini belum merata. Hal ini pula yang menjadi salah satu problematika yang terjadi di dunia kesehatan.

Fasilitas penunjang kesehatan yang tersedia saat ini hanya banyak ditemukan di kota-kota besar. Sebagaimana menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan, saat ini Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki puskesmas dengan jumlah terbanyak di Indonesia. Sementara itu, provinsi dengan jumlah Puskesmas paling sedikit berada di Papua yang hanya berjumlah hanya sekitar 18 saja, jumlah yang sangat jauh dari kata baik jika diperhatikan.

 

Kondisi Geografis dan Akses yang Masih Sulit

Tak dapat dipungkiri, pembangunan infrastruktur di Indonesia memang belum merata, terutama di kawasan timur Indonesia. Hal ini masih menjadi salah satu tantangan yang harus lebih diperhatikan oleh pemerintah.

Karena hal tersebut, masyarakat Indonesia khususnya yang bermukim di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T), harus menghadapi masalah kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan tingkat dasar hingga tingkat lanjut seperti rumah sakit, klinik, serta laboratorium. Bahkan yang lebih miris lagi, sejumlah besar fasilitas kesehatan primer di daerah tersebut tidak memiliki dokter sebab distribusi tenaga kesehatannya juga masih belum merata.

Selain itu, kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan juga memberi pengaruh yang cukup besar terhadap permasalahan ini. Akses jalanan dan transportasi yang sulit terutama ke daerah terpencil kerap kali memperlambat proses pembangunan suatu daerah.

 

Penyebab Tingginya Tingkat Gizi Buruk di Daerah 3T

Daerah-daerah 3T di tanah air tentunya memiliki tingkat laju perekonomian yang rendah. Karena ketidakmerataan penyebaran fasilitas kesehatan di daerah tersebut, menyebabkan kurangnya informasi kesehatan yang harus diberikan kepada masyarakat dalam bentuk penyuluhan.

Edukasi yang minim kepada masyarakat dari daerah terpencil dan luar pulau menyebabkan tingginya tingkat gizi buruk yang terjadi, terutama kepada anak-anak.

Berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan, tingkat gizi buruk tertinggi di Indonesia terdapat di provinsi Maluku. Tak perlu dipungkiri lagi, tentunya salah satu penyebab kondisi ini dikarenakan minimnya fasilitas kesehatan di daerah tersebut. Selain itu, media informasi yang kurang tersebar juga menjadi penyebab dari masalah ini.

Tingginya tingkat malnutrisi di suatu daerah memberikan pengaruh yang buruk bagi kualitas sumber daya manusianya. Kekurangan gizi menyebabkan tumbuh kembang seorang anak menjadi tidak sempurna. Hal ini pula tentunya memiliki pengaruh buruk bagi perkembangan otak serta kognitif mereka.

 

Ketimpangan Pendistribusian Tenaga Medis

Tak hanya fasilitas kesehatan yang tersedia di beberapa daerah terpencil berjumlah sedikit, tenaga medis yang ada pun jumlahnya sangat terbatas. Bahkan, konon ada beberapa Puskesmas tidak memiliki dokter yang bertugas di faskes tersebut, terutama dokter spesialis.

Kurangnya penyebaran tenaga kesehatan khususnya dokter di daerah 3T bukan tanpa sebab, namun karena fasilitas penunjang kesehatan yang tidak terpenuhi dengan baik juga menjadi salah satu alasan mengapa banyak tenaga medis yang tidak sanggup apabila ditempatkan di daerah 3T. Hingga pada akhirnya, masyarakat di sana tidak mendapatkan haknya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal dan memadahi.

Jumlah dokter yang ada dan berminat untuk ditugaskan di daerah terpencil pun jumlahnya masih sangat jauh dari kata ideal. Antara jumlah dokter dengan populasi masyarakatnya pun mengalami ketimpangan. Bayangkan saja, misalnya di daerah Maluku dan Papua, ada kondisi di mana 1 orang dokter harus melayani kurang lebih 3.000 jumlah pasien, sementara di daerah Jawa 1 dokter hanya melayani sekitar 300an pasien. Itu lah sebabnya banyak tenaga medis yang enggan untuk ditempatkan di daerah-daerah tersebut.

 

Penyebab Tingginya Angka Kematian di Tanah Air

Angka kematian yang tinggi di Indonesia tidak jauh dari pengaruh karena ketidakmerataan fasilitas kesehatan di daerah terpencil dan luar pulau. Pelayanan kesehatan yang sulit diakses serta tingkat perekonomian yang rendah membuat masyarakat yang bermukim di daerah tersebut enggan untuk jauh-jauh berobat ke rumah sakit. Banyak yang memilih untuk pasrah atau berobat secara tradisional, padahal penyakit yang mereka derita membutuhkan penanganan medis yang khusus.

Ketidakterjangkauan ini menyebabkan angka kematian yang tinggi di tanah air tidak dapat dicegah. Penyebaran fasilitas kesehatan serta pendistribusian tenaga medis di seluruh Indonesia harus benar-benar digalakkan untuk mengatasi hal ini.

 

Penyebaran Fasilitas Kesehatan yang Merata Harus Segera Digalakkan

Untuk mencapai kualitas kesehatan sumber daya manusia yang baik dan merata di seluruh Indonesia, penyebaran fasilitas kesehatannya harus segera digalakkan. Tentunya hal ini membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah, baik itu pusat maupun daerah.

Diharapkan agar fasilitas kesehatan tidak hanya terfokus di pulau Jawa saja, melainkan daerah lain juga. Perhatian serta penyebaran fasilitas kesehatan yang merata tentunya dapat membantu dalam mengurangi permasalahan kesehatan yang terjadi di Indonesia saat ini.

 

Webi dari Pracpital

Ada yang bisa saya bantu?

  
Chat dengan agen Webi akan diteruskan ke platform Whatsapp